Terkadang
mengenang masa lalu merupakan obat stress yang mujarab. Seperti apa yg saya lakukan kali ini,
menyusuri salah satu sisi lama kota Klaten yang telah tergerus zaman menyisakan
bangunan tua yang dulunya merupakan salah satu puast interaksi social di era 90
an. Barangkali hanya segelintir orang yang masih ingat tentang bangunan ini,
dulunya adalah bekas bioskop sebelum beralih fungsi menjadi tempat jualan
barang bekas.
Berdasarkan
sejarah Perfileman Indonesia sempat mengalami kejayaan di negeri sendiri pada
tahun 1980 dan merajai bioskop lokal berkat campur tangan pemerintah melalui
cara2 reprensif kepada para importir film untuk turut memajukan perfileman
Indonesia. Salah satunya mengharuskan importir untuk memproduksi film, kalo
tidak ia diwajibkan mengimpor melalui KIF, dan cara ini efektif menjadikan film
nasional bersaing dengan film impor utk memperebutan tempat terbaik. Sehingga
di Era tersebut terdapat tiga kelas bioskop untuk jalur pengedaran film di
Indonesia, yaitu Bioskop kelas atas, menegah dan bawah.
Setidaknya di kota ini terdapat 3 bioskop lokal
di waktu itu, yaitu bioskop Chandra sedangkan di sebelah utaranya terdapat bioskop ramayana
dan yag terahkir adalah bioskop rita. Kalo tidak salah untuk satu karcis
bertarif Rp3000,- tentu saja fasilitas yg ada berbeda jauh dengan bioskop 21,
bau pesing dan banyak kecoa adalah hal yang wajar. Akan tetapi di akhir era
90an satu persatu bioskop ini mulai tutup di karenakan mulai sepinya pengunjung
ditambah mahalnya ongkos operasional di karenakan krisis moniter